Ketika Sebuah Ketegasan Harus Tergadaikan

Kantor-PegadaianIni merupakan pengalaman pribadi saya dalam menjalankan tugas sebagai penjaga laboratorium. Setiap harinya saya melayani puluhan mahasiswa untuk praktikum di lab ini. Saya berusaha untuk menerapkan disiplin kepada para mahasiswa dan juga asisten praktikum, mulai dari jam masuk sampai ketika melaksanakan kegiatan praktikum. Karena ketegasan itulah saya dicap “galak” dan ”jutek” oleh kebanyakan mahasiswa. Saya tidak ambil pusing atas komentar negatif yang dialamatkan kepada diri saya. Saya anggap itu merupakan bagian dari bumbu kehidupan.
Banyak hal yang terjadi akibat ke-galakan saya, mulai dari mahasiswa yang benci pada saya sampai ada beberapa orang asisten yang mengundurkan diri karena tidak kuat menghadapi sikap saya. Mereka menganggap saya itu judes, jutek, galak, sombong, dan lain sebagainya. Pernah terbesit dalam pikiran saya untuk pergi dari lab ini, karena saya berpikir buat apa ada saya kalau keberadaan saya merusak sistem yang sudah ada. Tetapi ada beberapa sahabat yang memberi masukan kepada saya untuk tetap bertahan di tengah gelombang cercaan dan makian yang ada. Saya mulai berusaha untuk sedikit mengendurkan sifat keras saya, agar komentar negatif tentang diri saya mulai diminimalisir.
Ketika praktikum usai, ada beberapa mahasiswa yang terpaksa harus ikut praktikum susulan atau yang dikenal sebagai “Inhal” karena ketika praktikum reguler dia berhalangan untuk hadir. Banyak mahasiswa yang sudah mendaftar untuk inhal. Jadwal inhal pun telah saya tempel di kaca jendela lab dari hari Senin pagi (mereka praktikum inhal hari Rabu). Rabu sekitar jam 7  pagi Saya kaget ketika hanya ada beberapa mahasiswa yang datang untuk inhal. Praktikum tetap saya mulai tepat pada waktunya. Sekitar jam 10an hari yang sama ada beberapa mahasiswa yang datang, mereka mau inhal padahal jadwalnya sudah terlewatkan. Saya mencoba untuk tegas bahwa tidak ada inhal susulan, karena itu kesalahan mahasiswa, mereka beralasan tidak tahu jadwalnya. Padahal ketika mereka mendaftar inhal saya sudah sampaikan jadwal akan dipasang hari senin pagi. Banyak diantara mereka yang terus merengek dan tetap berdiri di depan meja kerja saya. Segalak dan setegas apapaun manusia pasti hati kecilnya akan ikut bicara, begitu juga diri saya, saya tidak tega melihat mereka, karena saya juga pernah merasakan sebagai mahasiswa.
Dalam hal ini ketegasan saya teruji, apakah harus tegas menerapkan disiplin atau harus tergoyahkan oleh  sisi masusiawinya,?
Saya juga sering geram melihat tingkah “aneh” mahasiswa ketika memakai lab ini. Bayangkan saja ketika mahasiswa akan melakukan praktikum di lab ini mereka adang minta yang aneh-aneh. Mulai dari korek api, jarum, bandul bahkan tali utnuk ayunan matematis. Apakah mereka tidak bisa mengusahakan sendiri hal-hal sekecil itu?
Tapi saya bersyukur, di sini saya bisa memahami bagaimana menghadapi karakter orang yang berbeda-beda latar belakangnya walau kadang ketegasan yang coba saya tanamkan harus tergadaikan.