Menjadi Guru Cerdas yang Diidolakan

Oleh: Sahaluddin Rachim.

TIDAK setiap guru yang diidolakan siswa memiliki kwalitas. Tapi setiap guru berkwalitas dan berkarakter akan diidolakan. Apakah ingin menjadi guru yang disenangi siswa ? Coba putar ingatan kebelakang saat masih menjadi siswa. Masih ingat siapa guru guru yang di idolakan ketika masih duduk dibangku SMP atau SMA pada masa silam. Pastikan diingat nama dan wajah guru tersebut. Lalu simak sifat sifat apa yang dimiliki oleh guru tersebut yang menjadi alasan mengapa kita menyenanginya.

Dari hasil survey kepada siswa, maka 90 % menyukai guru yang punya kapasitas sbb :

Pertama, terampil dalam mengelola pelajaran sehingga materi yang disampaikan mudah dicerna dan dipahami oleh siswa. Umumnya guru seperti ini, juga rapih dan sistimatik dalam administrasi pelajarannya. Absensi dan nilai nilai siswa tertata apik, buku pegangan tersampul indah. Banyak siswa yang senang pada guru yang selalu membagikan kertas hasil ulangan harian dan mencatat nilai-nilai yang di peroleh siswa dengan sistemik. Juga memberikan pujian pada siswa yang menembus nilai yang bagus.

Kedua, kebanyakan siswa menyukai guru pintar yang punya selera humor. Humoris bagian dari kecerdasan, Guru humoris umumnya cerdas dan fleksibe, mudah senyum, tidak cemberut dan performance selalu gembira, termasuk trampil mengelola busana dirinya. Itulah sebabnya digandrungi siswanya. Guru bershio seperti ini berpaham kontekstualis dan sudah mendalami lebih dahulu apa yang ada dihati siwa sebelum melangkah ke ruang kelas. Dia bisa mensubtitusi isu isu hangat dimasyarakat kedalam bahan ajarnya.

Misalnya saja guru fisika mengajar materi hukum aksi-reaksi Newton mencari analogi ke kasus pimpinan KPK Bibit Candra. Karena itu dialog dialog guru yang dilontarkan langsung terkoneksitas dengan perasaan siswa. Guru seperti ini secara refleks menemukan ide ide baru yang segar yang membuat suasana pembelajaran hidup dan tersambung rasa. Guru tidak menjadikan siswanya sebagai obyek, tapi diposssikan sebagai subyek yang responsif pada setiap persoalan yang dilemparkan. Siswa selalu tergiring kepada kondisi untuk punya keberanian mengeluarkan ide dan saran. Siswa terpancing idenya karena tidak merasa ada suasana terbebani secara psiologis.

Ketiga, jika siswa terbelit masaalah pribadi, sang guru tampil sebagai pencari solusi dan dewa penolong. Contoh kasus siswa terlambat masuk kelas pada saat jam belajar sudah berlangsung. Guru tidak cemberut dan amarah. Kalau cara berpikir negatif yang mengemuka, maka ini guru akan bereaksi pada pola pikir, bahwa siswa kurang ngajar harus beri pelajaran dengan diusir. Tapi guru idola ambil posisi pada positif thinking, sehingga yakin bahwa siswanya ada masaalah sehingga butuh penelusuran Maka dia menerima siswa dengan baik, mempersilahkannya duduk. Nanti kemudian setelah suasana tenang maka sang guru idola mendekati siswa itu dan membisikan kalimat pelan dan lembut ajakan agar sebentar sesudah selesai PBM nak datang menghadap pada saya. Harus ada tanggung jawab atas kesalahan siswa, tapi dengan cara dan proses yang kodrati dan pendekatan yang humanis.

Ada satu hal yang menarik dalam survei ini. Bahwa guru yang disenangi siswa, ternyata juga disenangi kepala sekolah dan teman teman guru dan pegawai. Mario Teguh berkata, berilah kemuliaan untuk menerima kemuliaan. Jika ingin disenangi orang, maka buatlah orang lain senang. Waman ya malu miskala zaratin sarah yara, waman ya malu miskala zaratin hara yara.(**)